Rabu, 12 Desember 2012

Alfalfa (Medicago sativa.L)



Alfalfa (Medicago sativa.L) adalah tumbuhan dari keluarga kacang polong (Fabaceae). Tumbuhan ini adalah legum hijau abadi (evergreen), yang biasanya berumur hingga 4-8 tahun tetapi dapat hidup lebih dari dua puluh tahun, tergantung pada varietas dan iklim. 


Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian satu meter dan memiliki sistem perakaran yang dalam, kadang-kadang akarnya dapat sampai + 30 meter didalam tanah sehingga memberikan 60 jenis kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Hal ini membuatnya sangat tangguh, terutama terhadap kekeringan.

Tumbuh di pegunungan mediterania di sebelah barat daya Asia.  Alfalfa dipercaya berasal dari Iran. Alfalfa merupakan salah satu kacang-kacangan alam tertua di dunia, Alfalfa diketahui dibudidayakan selama lebih dari 2000 tahun. Alfalfa diperkenalkan ke Eropa dari Asia oleh bangsa Persia pada perkiraan tahun 490 sebelum masehi.

Orang-orang Arab, beberapa abad yang lalu, menggunakan Alfalfa sebagai pakan untuk kuda-kuda mereka dan mengklaimnya dapat membuat hewan-hewan mereka cepat dan kuat. Akar dari tanaman Alfalfa dapat menyentuh ke dalam bumi untuk mencapai mineral yang tidak dapat diakses oleh sebagian tanaman lainnya.

Kata Alfalfa berasal dari bahasa arab terbagi dalam dua bagian kata yaitu “Al” yang berarti Allah dan “falf” yang artinya ribuan kenikmatan dan manfaat. Orang Yunani menyebutnya “bapak dari segala makanan”, ciptaan dan karunia.

Konon kandungan gizi alfalfa merupakan yang terlengkap di antara semua tumbuhan. Hampir semua zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan terkandung di dalam tumbuhan yang termasuk keluarga kacang-kacangan ini. Sebut saja mineral. Mineral unggulan berupa kalsium, besi, magnesium, fosfor, tembaga, dan seng terkandung di dalamnya. Vitaminnya, mulai dari vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, C, K, hingga asam folat juga ada. Tidak heran, tumbuhan ini dikenal sebagai bapak dari segala tanaman.

Kandungan protein dalam Alfalfa adalah 18,9% dibandingkan 16,5% untuk daging sapi, 3,3% untuk susu dan 13,1% untuk telur. Alfalfa juga mengandung alkalin. Kandungan kalsium di Alfalfa juga sangat tinggi yaitu 14 kali lebih dibandingkan bibit gandum. Daun Alfalfa memiliki kandungan zat hijau daun (chlorophyll) yang empat kali lebih tinggi daripada sayuran yang biasa di konsumsi.


Seperti yang dikemukakan Prof. Dr. Made Astawan, ahli Teknologi Pangan dan Gizi IPB dalam sebuah literatur, alfalfa mengandung Vitamin K.
Vitamin K yang terkandung dalam 100 g alfalfa dapat memenuhi 38% dari total kebutuhan tubuh dalam sehari. Vitamin K sangat penting untuk pembentukan protein, penggumpalan darah, dan sebagai zat antihemolitik saat pendarahan.
Menegaskan hal tersebut, “Kalau ada luka tersayat, ditaburi saja dengan serbuk atau cairan (alfalfa) ini, dalam hitungan detik (lukanya) langsung menutup,” ungkapnya.

Klorofil telah diteliti memiliki aktivitas biologis, yaitu sebagai antioksidan dan antikanker
Dalam perkembangannya, klorofil justru berperan sebagai antioksidan atau penghancur radikal bebas, terutama jika dikonsumsi pada jumlah tertentu.
Klorofilmerupakan zat hijau daun (pigmen hijau) yang terdapat pada semua makhluk hidup yang melakukan fotosintesis. Klorofil termasuk zat yang sudah ribuan tahun akrab dengan sel-sel tubuh manusia. Zat yang berwarna hijau atau hijau kebiruan ini merupakan sel hidup pertama yang tumbuh di atas muka bumi, yaitu dalam bentuk lumut(blue-greenalgae).

Meskipun alfalfa mempunyai khasiat yang cukup baik, konsumsi alfalfa oleh manusia harus dibatasi karena kandungan serat yang sangat tinggi. Alfalfa tidak dianjurkan bagi penderita lupus (systemic lupus erythematosus) karena mengandung asam amino beracun L-canavanine yang diduga dapat mengakibatkan lupus-like syndrome.

Tanaman yang juga disebut di dalam Al-Qur’an ini menjadi kekuatan industri pertanian yang luar biasa justru terjadi di negeri seperti Amerika. Karena Alfalfa menjadi sumber kekuatan ekonomi pertanian ketiga di Amerika setelah jagung dan gandum.

<<< Produk Terkait >>>